Kamis, 22 Januari 2009

Media Agar dan Penanaman Mikroba

PENDAHULUAN
Dasar makanan yang baik bagi pemiaraan bakteri adalah medium yang mengandung zat-zat organic seperti buah, daging, sayur-sayuran dan sisa-sisa makanan yang dibuat oleh manusia aaupun ramu-ramuan. Medium yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan rutin laboratorium adalah kaldu cair dan kaldu agar.
Untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-sifat fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor terentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri. Pemeriksaan bakteri hidup harus dikerjakan dengan hati-hati, lebih-lebih jika yang akan diperiksa itu merupakan bakteri patogen.
Untuk mensterilkan medium dapat dilakukan dengan autoclave, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan didalam autoclave selama 15 sampai 20 menit.
Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi. Pada kenyataanya sedikit sekali lingkungan yang bersih dari bakteri. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme.
Tidak hanya bakteri yang menggunakan bahan makanan untuk hidup dan berkembang tetapi juga jamur dan kapang. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk membuat makanan tetap awet dan bebas dari kontaminasi mikroba patogen.
Tujuan percobaan
- Untuk mengetahui cara penangkapan mikroba dengan menggunakan media agar.
- Untuk mengetahui cara perhitungan mikroba.
- Untuk membuktikan ada tidaknya mikroba pada bahan (Daging Sapi).
- Untuk mengetahui cara pembuatan media agar pada penangkapan mikroba.

Tanggal Percobaan Dimulai
07 November 2008

Tanggal Percobaan Selesai
10 November 2008

TINJAUAN PUSTAKA

Mungkin yang yang paling sering dan banyak digunakan adalah prosedur perhitungan dengan penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrient agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung (Buckle, et al., 1987).
Media merupakan bahan nutrisi yang disiapkan unutk pertumbuhan mikroba. Agar-agar merupakan kompleks merupakan kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. Keunggulan agar yaitu mencair pada suhuy yang sama dengan air, namun tetap dalam keadaan cair sampain suhu 40 0C ( Suryanto dan Munir, 2006).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk and Wheeler,1993).
Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Anonimous, 2008).
Untuk mendukung pertumbuhan mikroba, sebuah media harus menyediakan sumber energi seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, dan bahan organik lainnya. Media kimia diartikan salah satu media yang menggunakan bahan kimia yang telah diketahui (Tortora, 2002)
Pengukuran yang paling akurat untuk menghitung jumlah mikroba yang hidup biasanya menggunakan plate count. Secara teori, masing-masing sel sukses untuk dikembangkan papad media padat yang membantu pertumbuhannya. Jadi dengan inkubasi, idealnya jumlah koloni pada plate adalah kuadrat dari jumlah sel yang diinokulasi pada media (Black, 1999)
Mikroorganisme yang merusak daging dapat berasal dari infeksi dan ternak hidup dan kontaminasi daging postmortem. Kontaminasi permukaan daging atau karkas dapat terjadi sejak penyembelihan ternak hingga daging dapat dikonsumsi (Soeparno, 1998).

BAHAN DAN METODA

Bahan
- Aquadest
- Agar
- Pepton
- Daging


Reagensia
- NaCl
- BTB (Brom Timol Blue)
- Buffer fosfat


Alat
- Botol whaeton
- Autoclave
- Petridish
- Pipet tetes
- Blender
- Termometer
- Oven
- Corong
- Inkubator
- Koloni counter
- Hot plate
- Beaker glass
- Kain saring
- Timbangan
- Sendok]

Prosedur Percobaan
Pembuatan ekstrak daging
- Dihilangkan lemak pada daging, dengan cara diblender
- Dimasukkan dalam botol wheatone
- Dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit
Pembuatan media agar
- Diambil PCA (agar)
- Ditambahkan aquadest 10 ml
- Disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit
- Dituang dalam cawan petridish yang telah dimasukkan suspensi sebanyak 5 ml
Penanaman media
- Diambil suspensi bakteri yang telah diencerkan 2 kali
- Dari 3 pengenceran, diambil suspensi 2 hari yang lau
- Diinkubasi selam 24 sampai 38 jam dengan cawan terletak terbalik
- Diamati dan dihitung dengan koloni counter
Rumus
FP = faktor Pengencer
PEMBAHASAN
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metoda yaitu metoda penuangan, penyebaran, dan penetesan. Hal diatas adalah dengan menggunakan metode agar.
Cara lain adalah dengan tenik MPN (most proable number) yaiu metode perhitungan dengan pengenceran larutan yang mengandung mikroba sampai steril. Hal ini biasanya dilakukan untuk menhitung jumlah bakteri dalam suatu bahan pangan. Keuntungannya yaitu dibuat sangant peka dengan penggunaan volume inokulum contoih yang besar , dapat menggunakan media selektif.
Cara lain adalah dengan penyaringan dengan membran. Metode ini larutan yang mengandung mikroba disaring dengan menggunakan membrane steril atau filter yang mempunyai ukuran pori-pori yang kecil. Sehingga mikroba akan tertinggal pada membran.
Media merupakan bahan nutrisi yang disiaokan untuk pertumbuhan mikroba. Jenis-jenis media yaitu :
1. Agar adalah komlekss polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan.
2. Media kimia yaitu media yang harus mempertimbangkan penyediaan energi yaitu sumber karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor.
3. Media kompleks yaitu media biasanya terdiri dari ekstrak yeast, daging sapi, tumbuhan, atau kultur protein.
4. Media Anaerobik yaitu media yang mengandung bahan seperti natrium tioglikolat yang dapat berikatan dengan oksigen terlarut dan menghilangkan oksigen pada medium.
5. Media selektif yaitu media yang dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan.
6. Media diferensial yaitu media yang dibuat untuk memudahkan mengenali koloni organisme yang diinginkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu :
1. Suplai zat gizi
Mikroorganisme membutuhkan makanan sama seperti mahkluk lainnya. Jadi dengan adanya zat gizi yang cukup maka pertumbuhan mikroba akan sangat cepat.
2. Waktu
Tentu saja seriap makhluk hidup termasuk mikroba membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Pertumbuhan bakteri membentuk suatu kurva atau fase logritmik.
3. Suhu
Suhu sangat penting bagi pertumbuhan mikroba, apabila suhu naik maka metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat atau apabila suhu naik atau turun sel berhenti melakukan kegiatan metabolisme.
4. Nilai pH
Nilai pH untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar atau berkisar antara pH 6,0-8,0.
5. Aktifitas air
Semua organisme membutuhkan air pada proses metabolisme. Aktifitas air adalah jumlah air yang terdapat dalam bahan pangan. Jenis mikroba yang berbeda membutuhkan air yang berbeda.
6. Ketersediaan Oksigen
Mikroba terbagi atas beberapa kelompok :
- Aerobik : membutuhkan udar unutk kegiatan metabolismenya.
- Anaerobik : tidak dapat tumbuh dengan adanya oksigen, bahkan oksigen merupakan racun baginya.
- Anaerobik fakultatif : dimana oksigen digunakan akan dipergunakan apabila tersedia, jika tidak tersedia maka akan terus anaerobik.
- Mikroerofilik : mikroba yang lebih dapat tumbuh dengan kadar oksigen lebih rendah daripada yang di atmosfer.
7. Faktor-faktor kimia
8. Radiasi

Fase pertumbuhan bakteri adalah :
- Fase lambat : fase adaptasi mikroba dengan media.
- Fase log : setelah beradaptasi, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial.
- Fase tetap : dimana mikroba tidak lagi tumbuh. Hal ini terjadi karena zat gizi yang ada telah habis atau penimbunan zat racun sebagai hasil akhir.
- Fase menurun : sel-sel yang berada pada fase tetap akhirnya mati bila tiodak dipindahkan ke media lainnya.

Mikroba terdiri dari :
1. Bakteri : mikroorganisme bersel satu, prokariotik yang paling sederhana. Hidup bebas dan terdapat di mana-mana.
2. Jamur : organisme eukariotik yang merupakan organisme pengurai. Ia tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat dikatakan sebagi tumbuhan. Jamur ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler.
3. Khamir : bagian dari fungi (Jamur) yang tersusun dari satu sel atau uni seluler.
4. Kapang : bagian dari fungi yang tersusun atas banyak sel (multiseluler), miseliumnya berwarna-warni sehingga mudah dikenali.
Mikroorganisme yang terdapat pada makanan antara lain bakteri, khamir dan kapang. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat akan mudah terkontaminasi jamur sedangkan makanan yang banyak mengandung protein akan lebih mudah terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri patogen yang terdapat dalam makanann misalnya E. cli yang biasanya disebaqkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi. Staphylococcus aureus ditemukan pada makanan yang mengandung perotein tinggi misalnya telur, sosis, da sebagainya. Clostridium botulinum sering terdapat pada makanan yang telah diolah misalnya dikalengkan atau difermentasi.
KESIMPULAN
1. Media agar merupakan salah satu media untuk menanam dan mengitung jumlah bakteri.
2. Jumlah mikroba pada larutan rendaman daging dengan penceran 10-1 adalah 410 CPU/ml sedangkan pada pengenceran 10-2 adalah 7700 CPU/ml.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat gizi, waktu, suhu, aktifitas air, oksigen
4. Agar adalah kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan.
5. Jenis-jenis media adalah media agar, media kimia, media anaerob, media selektif, media kompleks dan media diferensial
6. Fase pertumbuhan bakteri adalah fase lambat, fase lag, fase tetap dan fase menurun.
7. Berdasarkan ketersediaan oksigen mikroba terbagi atas bakeri aerobik, anaerobik, anaerob fakultatif dan mikroerofilik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 20008. Pembiakan dengan Media Agar.
http://yahoo.com. [22 September 2008].

Black, J. G. 1999. Microbiology : Principles and Exploration. Prentice Hall,New Jersey.

Buckle, K. A., R. A. Edwards., G.H. Fleet., and Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Suryanto, D. dan E. Munir. 2006. Bahan Ajar : Mikrobiologi. USU-Press, Medan.

Tortora, G. J., B. R. Funke, and C. L. Case. 2002. Microbiology : An Introduction. Addison Wesley Longman, New York.

Volk, W. A. dan M. F. Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta


PENGERINGAN BEKU (FREEZE DRYING)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Teknik pengolahan pangan cukup berqagam mulai dari cara yang sederhana ,seperti penjemuran sampai yang canggih yang memerlukan peralatan yang rumit dan tenaga khusus yang terlatih. Pengetahuan dasar tentang metode pengawetan pangan, baik yang tradisional yang telah berthan sepanjang masa maupun yang merupakan hasil ilmu pengetahuan modern, akan membantu pemahaman tentang kedudukan iradiasi pangan diantara berbagai metode tersebut.
Pengeringan memberikan manfaat lain yang penting selain melindungi pangan yang mudah rusak. Pengurangan air menurunkan bobot dan memperkecil volume pangan sehingga biaya pengangkutan dan penyimpanan. Pengeringan juga memudahkan penanganan, pengemasan, pengangkutan dan konsumsi. Selam pengeringan terjadi perubahan fisik dan kimiaei yang semuanya tidak diinginkan.
Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selama tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara pengeringan lainnya. Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin.


Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian dari pengeringan (dehidrasi) beku.
- Untuk mengetahui perbedaan dehidrasi beku dan dehidrasi konvensional.


Pengertian Pengeringan Beku
Pengeringan Beku ini merupakan salah satu cara dalam pengeringan bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selma tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara pengeringan lainnya,\. Produk yang bersifat porous dapat direhidrasi dengan cepat didalam air dingin(Gaman dan Sherrington, 1981).
Dalam pengeringan beku, perpindahan panas ke daerah pengeringan dapat dilakukan oleh konduksi atau pemancaran atau oleh gabungan kedua cara ini. Pengawasan laju pindah panas sangat penting adalah perlu untuk menghindari pencairan es dan dengan demikian laju pindah panas harus cukup rendah untuk menjamin hal ini. Selain itu , untuk melakukan proses pengeringan dalam waktu yang masuk akal, laju pindah panas haruslah setinggi mungkin. Unutk mencapai pengeringan yang aman, perhatian yang utama ditujukan dalam perencanaan peralatan pengeringan beku dan efisien. Faktor lain yang perlu diperhatian bahwa suhu permukan tidak boleh sedemikian tinggi karena akan menyebabkan kerusakan bahan pangan pada permukaannya (Earle, 1969).
Dengan menggunakan yang tinggi, dimungkinkan terciptanya shu keadaan suhu dan tekanan sehingga sifat fisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik kritik yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan dengan potensi rehidrasi yang dapat diperbaiki. Sistem ini telah dilakukan selam bertahun-tahundan disebut dehidrasi beku (Desrosier, 1988).
Pengertian lainnya tetntang pengeringan beku, air dihilangkan dengan mengubahnya dari bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut sublimasi. Pengeringan beku dilakukan dalam hampa udara dan suhu sangat rendah. Pengeringan beku ini menghasilkan produk terbaik, terutama karena pangan tidak kehilangan banyak aroma dan rasa atau nilai gizi. Namun, proses ini mahal karena memerlukan suhu rendah maupun tinggi dan keadaan hampa udara. Penggunaan cara ini hanya dibenarkan jika panga sangat peka terhadap panas, dan produk yang diperoleh harus memenuhi standar gizi yang tinggi (WHO, 1988).


Titik Tripel Air
Pada titik teripel air, ditemukan air terdapat dalam tiga bentuk yaitu cairan, padat, dan uap. Titik potong dari ketiga garis batas fase tersebut seperti terlihat pada Gambar 36, dan titik potong ini disebut titik tripel. Pada suhu 320F dan tekanan sebesar 4,7 mm air raksa, air berada dalam kondisi yang demikian. Jika dikehendaki agar supaya molekul-molekul air berpindah dari fase padat ke fase uap tanpa melalui fase air, maka akan kelihatan dari diagram bahwa 4,7 mm adalah merupakan tekanan maksimum unutk terjadinya kondisi tersebut, dan terdapat suatu rentang suhu yang dapat memenuhinya (Desrosier, 1988).
Pada tekanan diatas 4,7 mm dapat terjadi fase cair. Dengan jalan menurunkan tekanan menjadi 5 mm maka akan terjadi pendidihan. Blair telah menemukan bahwa pada tekanan 4 mm dapat terjadi pembusaan pada beberapa substrat cair, dan pembusaan ini dapat dikendalikan. Pada tekanan 4 mm biasanya suatu bahan panagn telah berada dibawah titik tripelnya dan umumnya proses-proses dehidrasi beku dirancang pada tekanan ini atau lebih rendah (Desrosier, 1988).
Perbedaan Dehidrasi Konvensional dan Dehidrasi Beku
Dengan pengendalian suhu dan tekanan yang memadai, dapat dihasilkan bahan pangan kering yang santa baik, termasuk daging. Sifat-sifat rehirasi, retensi zat gizi, warna, cita rasa, dan tekstur dari produk yang dikeringkan dengan benar menunjukkan bahwa aplikasi proses dapat menjadi luas dimasa mendatang
Pengembangan perlatan pengeringan beku kontinu akan dapat mempercepat penyebarluasan aplikasi tenik baru ini. Unutk angkatan darta sudah dapat diproduksi dengan benar dan baik, makanan praolah kering beku yang memiliki semua kualitas makanan olahan yang diolah lagsung dari bahan yang segar (Desrosier, 1988)..

Perbedaan dehidrasi beku dan konvesional dapat dilihat pada table berikut :


Dehidrasi konvensional :
Berhasil baik bagi bahan pangan yang mudah dikeringkan, misalnya buah-buahan.
Umumnya daging tidak memuaskan
Pengolah kontinu
Umumnya suhu yang digunakan 1000F dan 2000F
Biansanya pada tekanan atmosfer
Waktu pengeringan pendek, biasanya kurang dari 12 jam
Penguapan air dari permukaan bahan pangan
Partkel kering padat
Densitas lebih tinggi dari bahn pangan yang asli
Bau sering kali abnormal
Biasanya warna lebih gelap
Rehidrasi lambat, biasanya tidak sempurna
Cita rasa abnormal
Stabilitas penyimpanan baik, cenderung menjadi gelap dan tengik
Biaya umumnya rendah, sekitar 2sampai 7 sen dolar per pond air yang diuapkan



Dehidrasi beku :
Berhasil baik bagi kebanyakan bahan pangan
Berhasil baik terhadap produk-produk hewn yang dimasak atau mentah
Pengolahan tidak kontinu
Suhu yang digunakan cukup rendah unutk mencehah pencairan
Tekanan yang digunakan dibawah 4 mm Hg
Waktu pengeringan umumnya antara 12 dan 24 jam
Hilangnya air melalui sublimasi dari perbatasan zona kristal-kristal es yang abadi
Partikel kering porous
Densitas lebih rendah dari pada bahan pangan yang asli
Bau asli
Warna asli
Rehidrasi dapat cepat, sempurna
Citarasa asli
Stabilitas penyimpanan sangat baik
Biaya umumnya sangat tinggi, empat kali lebih besar dari dehidrasi konvesional

KESIMPULAN

1. Pengeringan Beku yaitu penghilangan air dengan mengubahnya dari bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase cair-fase yang disebut sublimasi dan dilakukan dalam hampa udara pada suhu yang sangat rendah.
2. Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan konvensional karena menjag kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas penyimpanan yang sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K. A., R. A. Edwards., G.H. Fleet., and Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.


Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.

Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah Z. Nasution. Sastra Hudaya, Bogor.

Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1981. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta.

World Health Organization (WHO). 1991. Iradiasi Pangan : Cara Mengawetkan dan Meningkatkan Keamanan Pangan. Penerbit ITB, Bandung.

Uji Mikrobiologi SUSU

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Dasar dari ilmu pengetahuan dan teknologi produk susu adalah air susu. Karena air susu adalah bahan baku dari semua produk susu. Susu, sebagian besar digunakan sebagai produk pangan. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir sempurna, dimana susu mengandung protein, lemak, vitamin, mineral dan laktosa (karbohidrat). Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan asal susu. Misalnya lemak susu, kasein, laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam ambing, tidak terdapat di tempat lain mana pun dalam tubuh sapi. Sejumlah besar darah mengalir melalui alveoli dalam pembuatan susu yaitu sekitar 50 kg darah dibutuhkan untuk menghasilkan 30 liter.
Di dalam air susu banyak sekali komponen-komponen penyusun diantaranya seperti seperti laktosa, yang terdiri dari gabungan antara glukosa dan galaktosa. Air susu adalah salah satu produk hasil pertanian yang mengandung nilai gizi yang cukup tinggi dan sangat luas penggunaanya dalam bidang kehidupan. Susu merupakan larutan yang bersifat mudah larut dalam air karena memiliki sifat hidrofil dan bila dilarutkan di dalam air yang memiliki suhu yang cukup tinggi akan lebih cepat larut.
Susu dapat merupakan sumber penyakit bagi manusia apabila pengolahan terhadap susu tersebut tidak higienis. Sehingga diperlukan uji-uji tertentu untuk mengetahui apakah susu tersebut layak untuk dikonsumsi. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui mutu dari susu yaitu dengan uji mikrobiologi susu.
Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui mutu dari susu
- Untuk mengetahui waktu reduksi susu
- Untuk mengetahui susu yang segar dan susu olahan
- Untuk mengetahui mikroba yang terdapat dalam susu


TINJAUAN PUSTAKA
Susu mengandung bermacam-macam unsure dan sebagian besar terdiri dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis-jenis Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam susu yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penanganan oleh manusia(Buckle, et. al., 1987).
Emulsi lemak yaitu globula pada susu dikelilingi globula yang mengandung glikoprotein, lipid polar, sterol dan beberapa enzim termasuk xanthine oksida. Sayangnya akibat dengan adanya membrane tersebut maka struktur dapat dengan mudah rusak pada saat ada tekanan dan pendinginan (Robinson, 1987).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya(Anonimous, 2006).
Air susu mengandung tiga komponen karakteristik yaitu: laktosa, kasein, dan lemak susu. Disamping mengandung bahan-bahan lainnya misalnya air, mineral, vitamin, dan lainnya. Banyaknya tiap-tiap bahan didalam air susu berbeda-beda tergantung spesies hewan; komposisi dipengaruhi oleh banyak sekali faktor genetic dan lingkungan (Budi, 2006).
Susu segar yang akan diminum harus melalui pasteurisasi terlebih dahulu guna mencegah penularan penyakit dan mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme. Dalam proses pasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu 65oCelcius selama 30 menit (Moehyi, 1992).
Laktosa adalah satu-satunya karbohidrat pada susu. Secara kimia sebuah molekul dari laktosa diproduksi dari gabungan antara stu glukosa dan satu galaktosa sisa yang dihasilkan oleh sebuah α-lactalbumin yang bergantung pada enzim. Galaktosa dalah derivat hampir sama seperti glukosa tetapi bagian kecil yang bersal dari asetat dan gliserol (Mc Donald, et. al., 2002).
Susu disuci hamakan dengan panas dalam botol-botol gelas di perusahaan-perusahaan ternak perah di daerah tropik. Perlakuannya meliputi pemanasan botol-botol bersegel berisi susu yang telah dihomogenisasi sampai 104,5o sampai 110o C selama 20-30 menit, cukup untuk menjamin bahwa proses itu mengawetkan susu selama 7 hari atau lebih. Perlakuan temperatur yang sangat tinggi (ultra-high-temperatur = UHT) terhadap susu adalah suatu proses yang relatif baru. Dengan perlakuan ini maka susu diberi perlakuan panas untuk meningkatkan keamanannya sebagai makanan dan daya simpannya. Biasanya perlakuan ini diikuti dengan pengepakan suci hama(Williamson dan Payne, 1993).


BAHAN DAN METODA

Bahan

- Susu sapi segar
- Susu bubuk putih Bendera non-expired
- Susu bubuk putih Bendera expired

Reagensia
- Methylen Blue

Alat
- Water Bath
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Serbet
- Kain flannel
- Pipet tetes
- Penjepit tabung

Prosedur Percobaan

- Diambil 9 ml contoh bahan susu
- Diteteskan 10 tetes methylen biru
- Dikocok hingga rata
- Dipanaskan pada suhu 37oC selama 15 menit
- Ditentukan waktu reduksinya


Pembahasan

Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa mutu susu sangat baik. Hal ini disebabkan karena waktu waktu reduksi susu lebih dari 8 jam untuk dapat berubaha warna kembali ke warna semula.
Dari percobaan yang dilakukan, digunakan methylen blue sebagai regensia yang ditambahkan pada sejumlah susu yang sudah diukur. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa setelah dilakukan penambahan methylen blue, waktu yang diperlukan untuk pewarna biru mereduksi menjadi senyawa yang tidak berwarna merupakan ukuran jumlah bakteri yang terdapat dalam air susu.
Kerusakan pada susu dapt disebabkan oleh :
- Ketengikan yang disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan pelepasan asam lemak sebagai butirat dan kaproat yang mempunyai bau yang khas.
- Pengentalan dan pembentukan lender saebagai akibat pengeluaran bahan oleh beberapa bakteri.
- Penggumpalan susu yang timbul tanpa penurunan pH akibat bakteri seperti Bacillus cereus.
Pengertian waktu reduksi adalah lamanya waktu yang diperlukan susu yang ditambahkan methylen blue untuk kembali ke warna semula sebesar 4/5 dari lama waktu perubahan.
Susu mempunyai waktu reduksi sekitar 20 jam sehingga grade susu pada susu sangat baik
Untuk menentukan grade (mutu) pasda susu dapat digunakan tingkatan pada susu yaitu:
- excellent (lebih dari 8 jam)
- good (6-8 jam)
- fair (2-6 jam)
- poor (kurang dari 2 jam)
Susu harus dikondisikan pada suhu 300C karena pada susu ini, enzim dinonaktifkan sehingga dapat terlihat apakah susu tersebut masih banyak mengandung bakteri sedangkan apabila suhu lebih besar dari 370C kemungkinan bakteri akan mati dan dapat merusak lapisan tipis disekitar lemak sehingga mengurangi kecendrungan suhu untuk membentuk lapisan krim atau kerusakan komponen susu lainnya. Dan pada suhu 370C, jumlah bakteri pada susu maksimal dan merupakan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisame. Suhu 370C adalah suhu optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme. Jika suhu lebih rendah dari 370C atau melebihi suhu optimum maka mikroorganisme akan mati. Seperti yang terdapat dalam literatur Anonimous (2008) menyatakan bahwa selain itu untuk produk susu tertentu dengan kegunaan khusus sering ditambahkan bahan-bahan aditif. Misalnya untuk susu bubuk instan, agar mudah larut ke dalam air maka ditambahkan bahan pengemulsi (emulsifier). Bahan pengemulsi ini juga bisa berasal dari bahan yang tidak halal, seperti monogliserida (dari lemak) ataupun lecitin (kadang-kadang juga ditambahkan enzim tertentu).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas susu adalah sebagai berikut:
- Jenis ternak yang diperah
Kualitas air susu yang dihasilkan tiap ternak berbeda. Misalnya jenis-jenis sapi yang berbeda akan menghasilkan susu dengan komposisi yang berbeda. Perbedaan terbesar dijumpai pada kandungan lemaknya.
- Waktu pemerahan
Unsur laktosa dan protein dalam susu relatif konstan dan menunjukkan keragaman yang kecil bila pemerahan dilakukan siang hari. Tetapi kandungan lemak susu mungkin berbeda jika peperahan dilakukan pada saat pagi dan sore hari.
- Penyakit
Penyakit sapi biasanya mengacaukan keseimbangan unsur-unsur di dalam susu.
- Makanan Ternak
Makanan ternak mempunyai banyak pengaruh pada komposisi susu. Perubahan komposisi makanan yang tiba-tiba tidak mengubah komposisi susu. Hal ini disebabkan karena sapi dapat mengambil zat-zat makanan dari tubuhnya sendiri. Sehingga diperlukan pakan yang sehat.
- Umur sapi
Umur sapi hanya berpengaruh sedikit terhadap komposisi susu. Selama jangka waktu 10 tahun, rata-rata kandungan lemak menurun 0,2%.
- Keragaman akibat musim
Kandunag lemak pada akhir musim semi biasanya menurun dan akan meningkat pada menjelang musim dingin. Perbedaan ini biasa terjadi pada daerah yang beriklim sedang. Karena pemberian pakan ternak yang berbeda setiap musim.

Cara-cara yang dilakukan untuk mempertahankan emulsi pada susu yaitu :
1. Menggunakan emulsifier dilakukan penambahan suatu emulsifier yang berperan dalam mempertahankan emulsi susu, dimana dengan perubahan emulsifier, susu yang tadinya akan berkurang emulsinya akan kembali tetap memiliki emulsi.
2. Mengurangi globula lemak, dengan mengurangi globula lemak susu, maka untuk sisanya disebut whey atau protein whey. Dengan berjurangnya globula, lemak emulsi susu tercapai.
Kelebihan dari methylen blue adalah pewarna methylen blue akan menyebabkan warna biru pada susu. Warna biru akan semakin berkurang sebagai akibat pertumbuhan bakteri yang menyerap karbon. Methylen blue adalah zat yang mengandung karbon sebagai bahan untuk pertumbuhan bakteri.

Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar sus bintatng yang menyusi anaknya, mengandung zat gizi yang hampir sempurna.
Tumbuhnya mikroorganisme dalam susu dapat menimbulkan suatu kerusakan dalam mutu susu. Beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan karena tumbuhnya mikroorganisme antara lain adalah :
1. Pengasaman dan pengggumpalan, yang disebabkan karena fermentasi laktosa menjadi asam laktat yang memyebabkan turunnya pH dan kemungkinan terjadinya penggumpalan casein.
2. Berlendir seperti tali yang disebabkan karena terjadinya pengentalan dan pembentukan lender sebagai akibat pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis bakteri.
3. Penggumpalan susu tanpa penurunan pH. Hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri seperti Bacillus cereus yang menghasilkan enzim yang mencerna lapisan tipis fofolipiddi sekitar butir-butir lemak yang kemudian menggumpal yang timbul ke permukaan susu.

Produk-produk susu :
1. Susu homogen
Susu homogen adalah susu yang telah diproses untuk memecah butiran lemak sedemikian rupa sehingga setelah 48 jam penyimpanan tanpa adanya gangguan pada suhu 10-15o tidak terjadi pemisahan krim pada susu.
2. Susu skim dan Krim
Susu skim ialah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua makanan kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Krim adalah bagian dari susu yang mengandung lemak yang timbul ke bagian atas dari susu pada waktu didiamkan.
3. Mentega
Mentega adalah produk yang terbuat dari lemak susu di mana kedalamnya dapat ditambah garam unutk mendapatkan rasa yang lebih baik.
4. Susu kental dan susu yang diuapkan
Susu kental ialah susu yang dimaniskan yang kemudian mengalami penguapan. Susu yang diuapkan merupak susu yang diuapkan tetapi tidak ada penambahan sukrosa.
5. Susu kering
Susu kering atau tepung susu dibuat sebagi kelanjutan dari proses penguapan. Biasanya kadar air dikurangi sampai di bawah 5%.
6. Keju
Keju adalah makanan yang dibuat dari dadi susu yang dipisahkan yang diperoleh dengan penggumpalan bagian casein dari susu dan susu skim.

Sifat fisik dan kimiawi dari susu ;
1. Kerapatan
Kerapatan susu bervariasi antara 1,0260 dan 1,0320 pada suhu 20 oC. Keragaman ini bergantung pada kandungan lemak dan zat-zat padat bukan lemak.
2 pH
pH susu segar berada diantara pH 6,6-6,7 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri maka angka-angka ini akan turun.
3. Sifat-sifat krim
Butiran-butiran lemak pada susu timbul ke permukaan bagian atas membentuk suatu lapisan krim yang jelas. Tebal krim digunakan sebagai petunjuk mutu susu.
4. Warna
Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecoklat-coklatan. Warna putih pada susu akibat penyebaran koloid-koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat dan bahan utama yang memberi warna kekuning-kuningan ialah karoten dan riboflavin.
5. Cita rasa
Cita rasa susu hampir tidak dapat diterangkan yang jelas menyenangkan dan agak manis. Manis berasal dari laktosa dan rasa asin berasal dari klorida dan garam-garam mineral lainnya.
6. Penggumpalan
Penggumpalan atau pengentalan merupakan salah satu sifat susu yang paling khas. Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam
Solid Non Fat ialah susu skim, susu skim ialah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua makanan kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.

KESIMPULAN

1. Waktu reduksi Susu Bendera Expired berubah warna menjadi kebentuk semula selama 16 jam dan Susu non Expired berubah warna menjadi bentuk semula selama 12 jam 48 menit.
2. Kerusakan susu dapat disebabkan oleh penurunan pH, pengentalan dan karena mikroorganisme.
3. Semakin lama pudarnya warna biru pada susu menunjukkan semkin tinggi kualitas susu.
4. Cara mempertahankan emulsi susu dengan menggunakan emulsifier dan mengurangi globula lemak.
5. Susu mengandung lemak sekitar 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, vitamin 0,72%.
6. Grade (tingkatan) dari mutu susu adalah exellent, good, fair, dan poor.
7. Pasteurisasi bertujuan unutk menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan mikroba pada susu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous., 2006. Susu. http:// http://manglayang.blogsome.com. [15 September 2008].
Buckle, K. A., R. A. Edwards., G.H. Fleet., and Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.

Budi, U. 2006. Dasar Ternak Perah. Buku Ajar. Departemen Peternakan FP USU, Medan.

Mc Donald, P. 2002. Animal Nutrition. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan makanan Institusi dan Jasa Boga. Penerbit Bhratara, Jakarta.

Robinson, D. S. 1987. Food: Biochemistry and Nutritional Value. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Williamson, G. and Payne,W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.




Laporan Penetrasi Panas

PENETRASI PANAS
(Pir)


PENDAHULUAN



Latar Belakang

Pindah panas merupakan suatu proses yang dinamis dimana panas dipindahkan secara spontan dari suatu bahan ke bahan yang lain yang suhunya relatif rendah. Kecepatan pindah panas tergantung pada perbedaan suhu yang terjadi antara kedua bahan. Perbedaan suhu antara sumber panas dengan penerima panas merupakan daya tarik sehingga menigkatkan kecepatan pindah panas.
Panas merupakan hal yang sangat penting dalam proses pengolahan. Energi panas dipindahkan melalui batas sistem yang ada pada suatu temperatur yang lebih rendah. Dalam prosesnya panas dapat dipindahkan melalui beberapa cara yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Perbedaan suhu antara sumber panas dan penerima panas merupakan gaya tarik dalam pindah panas. Peningkatan perbedaan panas atau suhu akan meningkatkan gaya tarik dalam pindah panas. Pindah panas menempuh beberapa perantara yang pada umumnya memberikan penahanan aliran panas. Titik penetrasi yang paling lambat dalam wadah berbentuk silindris adalah pada titik sedikit di atas pusat geometris untuk produk padat, dimana panas dihantarkan terutama oleh konduksi.
Jika salah satu ujung sebuah batang diletakkan di dalam nyala api sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, akan terasa makin lama makin panas, waaupun kontak langsung dengan nyala api. Dalam hal ini dikatakanlah bahwa panas sampai ujung batang yang lebih dingin secara konduksi/hantaran sepanjang atau batang tersebut. Konduksi panas hanya dapat terjadi dalam suatu apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada suhu tidak sama dan arah alirannya ses\lalu dari titik yang suhunya lebih tinggi ke titik suhunya lebih rendah.

Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui pemanasan dan pengaruhnya terhadap komponen mutu bahan pangan.
- Untuk mengetahui suhu yang terdapat pada bahan pangan di bagian permukaan, tengah dan pusat.
- Untuk mengetahui berbagai jenis pindah panas dalam bahan pangan hasil pertanian.
- Untuk mengetahui dan membandingkan perubahan yang terjadi pada berbagai bahan pangan yang diperlukan dengan berbagai cara pemanasan.

TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menganalisa perpindahan panas yang terjadi secara konveksi, beberapa hal yang berpengaruh terhadap perpindahan panas secara konveksi antara lain yaitu :
kecepatan fluida yang mengalir.
Viskositas kinematik fluida.
Masa jenis fluida.
Kapasitas panas fluida.
Untuk aliran yang mengalir pada permukaan plat datar atau yang diasumsikan. ada 2 jenis bentuk aliran fluida yang dianalisa, yaitu pada laminar dan turbulent. jadi langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kondisi aliran fluida, laminar ataukah turbulent. Bentuk aliran itu dikatehui dari angka reynold number yang didapat. untuk Re <> 5×10^5 itu untuk aliran turbulent (royindralesmana, 2008).
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut (Anonimous, 2008).
Panas adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Satuan SI untuk panas adalah joule. Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi-dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini “directly proporional” terhadap suhu benda. Ketika dua benda dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang (Anonimous, 2008).
Radiasi atau pancaran ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Konduksi yaitu pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Konveksi ialah pengangkutan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan kalor secara konveksi merupakan suatu fenomena permukaan. Proses konveksi ini hanya terjadi pada permukaan bahan (Masyithah, 2006).
Panas dapat mengalir dari sebuah sumber ke sebuah penerima dengan konduksi, konveksi, atau radiasi. Dalam banyak hal pertukaran terjadi oleh kombinasi dari dua atau tiga dari mekanisme ini. Saat tingkat dari transfer panas konstan dan tidak bergantung terhadap oleh waktu, aliran panas dirancang dalam keadaan tetap ; sebuah keadaan yang tidak tetap terjadi apabila tingkat dari dari transfer panas pada suatu titik tergantung oleh waktu (Peters and Timmerhaus, 1980).

BAHAN DAN METODA

Bahan
- Jeruk
- Apel merah
- Apel kuning
- Pir

Alat
- Kompor
- Termometer
- Stopwatch
- Panci perebusan stainless steel
- Penjepit stainless steel
- Jangka sorong

Prosedur Percobaan
- Diukur diameter bahan kemudian dihitung diameter rata-ratanya.
- Dipanaskan air dalam panci perebusan stainless steel hingga mencapai 1000C.
- Dimasukkan bahan ke dalam panci perebusan stainless steel, setelah 10 menit diambil bahan dengan penjepit.
- Diukur suhu permukaan dengan kedalaman 2 cm, tengah kedalaman 4 cm dan pusat kedalaman 6 cm dari bahan tersebut.
- Diambil bahan setelah 20 menit dan 30 menit dan hitung seperti perlakuan di atas.

Pembahasan
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin lama waktu pemanasan pada suatu bahan semakin tinggi pula suhu pada bahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Peters and Timmerhaus (1980) yaitu sebuah keadaan yang tidak tetap terjadi apabila tingkat dari transfer panas pada suatu titik tergantung oleh waktu.
Pada percobaan buah pir mengalami perpindahan panas dengan cara konduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masyithah (2006) yaitu konduksi yaitu pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan.
Radiasi atau pancaran ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat.
Konduksi yaitu pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah.
Konveksi ialah pengangkutan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan kalor secara konveksi merupakan suatu fenomena permukaan. Proses konveksi ini hanya terjadi pada permukaan bahan (Masyithah, 2006).
KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan dipoeroleh hasil bahwa waktu mempengaruhi suhu, semakin lama waktu yang digunakan saat pemanasan semakin tinggi suhu pada bahan.
2. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa setiap bahan yang diberi panas atau dipanaskan, diameter dari bahan tersebut semakin kecil.
3. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin besar diameter dari bahan maka suhu tengah dan permukaan semakin rendah.
4. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa suatu bahan memiliki suhu yang berbeda di permukaan, tengah maupun di pusat pada lama pemanasan yang sama.
5. Dari hasil percobaan diketahui bahwa semakin ke pusat dari suatu bahan semakin tinggi suhu panas.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous., 2008. Panas. http://www.wikipedia.com. [22 Agustus 2008].
Anonimous., 2008. Suhu. http://www.wikipedia.com. [22 Agustus 2008].
Anonimous., 2008. Pindah Panas. http://www.royindralesmana.com. [22 Agustus 2008].
Peters, M. S., and K. D. Timmerhaus.1980. PLANT DESIGN AND ECONOMICS FOR CHEMICAL ENGINEERS. Third Edition. McGraw-Hill Book Company. New York.
Masyithah, Z. 2006. Buku Ajar : Perpindahan Panas. Konten Mata Kuliah E-Learning USU. Medan.